Berita Utama

>Pasca Penggrebekan, Wali Kota Bekasi Perintahkan Pendataan Ulang Bekasi, Harian Bekasi - Pascapenggrebekan sarang teroris di Perumahan Puri Nusaphala Blok D-12 Jatiasih Bekasi, Wali Kota Bekasi Mochtar Mohammad memerintahkan....

Baca Selengkapnya....

Akurat Dan Tepat Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec...

Baca Selengkapnya...

Cash-Out Refinance For many, their homes are just not dwellings that protect them against rain, sun, and wind. But they are piggy banks, which can be used to raise some urgent money, even if...

Readmore

SAMPAIKAN KRITIK, MASUKAN ATAU SARAN ANDA MENGENAI BLOG KAMI DENGAN SMS KE 021-70522100 ATAU EMAIL KE harianbekasi@gmail.com....:::...Terima Kasih Bagi Anda yang telah memberikan masukan kepada kami, semoga kami dapat lebih baik lagi memberikan informasi dan lain sebagainya.

Sunday, August 9, 2009

Kesaksian di Balik Penyergapan Teroris di Bekasi

Bekasi ( Harian Bekasi ) - Satu lokasi persembunyian jaringan teroris pelaku peledakan bom disergap polisi dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di perumahan Puri Nusaphala Blok D-12, Jatiasih Bekasi, Jawa Barat, Sabtu dinihari.

Dalam penyergapan itu polisi menembak mati dua anggota jaringan teroris bernama Air Setiawan dan Eko Sujono alias Gepeng yang baru tiba di depan rumah tersebut, Sabtu sekitar pukul 01.00, menggunakan mobil Daihatsu Xenia berplat nomor Surakarta.

Kedua anggota jaringan teroris tersebut terpaksa ditembak, karena ketika disergap berusaha melawan petugas, kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono ketika mengunjungi lokasi persembunyian anggota teroris, Sabtu pagi.

Jenazah keduanya segera dievakuasi ke Rumah Sakit Polri Sukanto di Kramatjati Jakarta Timur.

Sebelum polisi menggeledah rumah yang dikontrak anggota teroris sejak 15 Juli lalu, warga di sekitar rumah tersebut diungsikan lebih dulu ke lokasi yang lebih jauh guna menghindari kemungkinan yang tidak diharapkan.

"Karena bom dan bahan peledak itu mudah meledak, maka warga sekitar diungsikan dulu sebelum dilakukan olah TKP (tempat kejadian perkara)," kata Wahyono.

Polisi meminta bantuan ketua RT setempat, Sundoyo, untuk membangunkan warga sekitar secara perlahan-lahan dan memintanya mengungsi menjauh dari rumah kontrakan yang menjadi target polisi.

"Saya dibangunkan sekitar pukul 01.30 dan diminta mengungsi, karena polisi akan menggerebek rumah di sebelah rumah saya," kata Ny Sri Aman Indrati yang tinggal di Blok D-11.

Sri dan sejumlah warga yang tinggal di sisi kanan dan sisi kiri rumah blok D-12 itu pun mengungsi, demikian juga beberapa warga Blok C di bagian belakang rumah blok D-12.

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri kemudian menyergap rumah kontrakan anggota teroris. Setelah yakin tidak ada orang dalam rumah, polisi memasuki rumah tersebut dengan cara seperti yang dilakukan si pengontrak yakni melalui jendela yang engselnya telah dicopot.

Dari situ, polisi berhasil menemukan empat unit bom pipa yakni bom rakitan yang menggunakan pipa paralon serta sejumlah peluru senapan laras panjang dari mobil minibus milik anggota teroris.

Sedangkan dari dalam rumah kontrakan polisi menemukan beberapa bahan peledak yang beratnya sekitar 100 kg dan alat perakit bom.

Di rumah tipe 36 itu juga polisi mendapati mobil Mitsubishi pikap merah yang disiapkan untuk melakukan peledakan bom mobil.

Bahan peledak dan alat perakit bom yang ditemukan di rumah tersebut sama persis dengan bom yang meledak di dua hotel di kawasan Mega Kuningan Jakarta, kata Wahyono.

Ini menunjukkan bahwa anggota jaringan teroris yang disergap di Bekasi ini berhubungan erat dengan pelaku peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton di Mega Kuningan Jakarta, 17 Juli lalu.

Polisi tidak hanya melakukan olah TKP di rumah Blok D-12 juga melakukan penyisiran di rumah-rumah lainnya di sekitar rumah Blok D-12.

Kapolda Metro Jaya juga mengakui, rumah di perumahan Puri Nusaphala sudah diintai anggota Densus 88 sejak sepuluh hari lalu.

Dugaan polisi bahwa di rumah kontrakan tersebut anggota jaringan teroris sedang menyiapkan pengeboman lagi menguat, berdasarkan pengembangan dari salah seorang anggota jaringan teroris bernama Amir Ibrahim yang tertangkap di Jakarta Utara, Kamis (6/8).

Polisi pun makin mengintensifkan pengintaian di sekitar rumah kontrakan di perumahan Puri Nusaphala tersebut, hingga melakukan operasi penyergapan pada Sabtu dini hari.

Warga Kaget

Meskipun Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri sudah mengintai rumah di Blok D-12 perumahan Puri Nusaphala sejak 10 hari lalu dan mengintensifkan pengintaiannya sejak Kamis (6/8), tapi warga perumahan tersebut belum tahu.

Warga perumahan tersebut kaget ketika keluar rumah pada Sabtu subuh dan pagi melihat melihat banyak polisi berada di blok D, C, dan sekitarnya.

Tini, yang tingal di Blok K-2 mengatakan, ketika keluar rumah pukul 05.00, dia melihat banyak sekali polisi berada di Blok D dan C.

"Setelah saya tanya-tanya pada orang-orang yang ada di situ ternyata ada rumah di Blok D yang ditempati anggota jaringan teroris," katanya.

Beberapa warga lain yang tinggal di sekitar rumah Blok D-12 juga menyatakan tidak tahu kalau pengontrak rumah tersebut adalah anggota jaringan teroris.

Bahkan, Aji Priwardoyo yang tinggal di Blok D-5 yakni persis di belakang rumah Blok D-12, tidak menyangka kalau pengontrak rumah di Blok D-12 adalah anggota jaringan teroris.

Padahal, pengontrak rumah tersebut beberapa kali masuk ke rumah yang dikontraknya melalui rumah Aji dengan alasan kunci pintu depan yang dikontraknya hilang.

Sedangkan, tetangga di sisi kanan dan sisi kiri rumah Blok B-12 merasa agak curiga kepada si pengontrak, karena tidak bergaul dengan tetangga dan perilakunya aneh, yakni keluar dan masuk melalui jendela.

Menurut dia, si pengontrak sering pergi dan datang menggunakan mobil Daihatsu Xenia atau sepeda motor. Kalau pakai sepeda motor, saat keluar dari rumah sudah memakai jaket hitam dan helm "full face" serta membawa tas punggung.

Sri juga menuturkan, ia pernah berbicara sebentar dengan si pengontrak ketika pria menanyakan saluran air dari kamar mandinya mampet.

Dari pembicaraan langsung itu, Sri mengetahui ciri-cirinya yakni bertubuh agak gemuk, rambut pendek, dan berkulit putih. Pakaiannya juga khas, yakni selalu menggunakan celana longgar dan hanya sampai betis.

"Wajahnya mirip dengan Noor Din M Top yang berwajah polos," kata Sri.

Karena curiga, Sri Aman Indrati yang tinggal di Blok D-11 melaporkan perilaku aneh si pengontrak kepada ketua RT setempat, Sundoyo, yang tinggal di Blok C-14.

Sundoyo kemudian mendatangi rumah di Blok D-12 dan menanyakan identitas penghuni rumah. Pria itu lalu mengaku bernama Ahmad Feri dan menunjukkan foto kopi KTP dengan alamat di Bekasi Utara.

Pria tersebut juga mengaku mengontrak rumah tersebut hanya beberapa bulan saja, karena rumahnya di Bekasi sedang diperbaiki.

"Saya baru tahu kalau ada warga baru di rumah Blok D-12 itu setelah menerima laporan dari tetangganya setelah menempati rumah tersebut selama seminggu," kata Sundoyo.

Menurut dia, setiap warga yang baru pindah hendaknya melaporkan kepindahannya kepada ketua RT.

Satpam perumahan tersebut, Kardi menuturkan, pada pertengahan Juli lalu, ada seorang pria yang mencari rumah kontrakan dan bertanya kepadanya.

Sang satpam lalu menunjukkan rumah di Blok D-12 dan memberitahu kepada orang yang dipercayakan pemilik rumah.

"Saat itu, saya tidak sempat bertanya siapa namanya," kata Kardi.

Menurut Sundoyo, rumah di Blok D-12 tersebut milik Suparno, pegawai sebuah perusahaan swasta. Karena tinggal di Jakarta, rumah tersebut dipercayakan pada temannya, Yusrin Nur, yang tinggal di Blok N kalau ada yang mencari kontrakan.

Hingga Sabtu malam, rumah di Blok D-12 masih dijaga ketat oleh polisi, sedangkan jalan menuju ke rumah tersebut masih dipasangi garis polisi.

No comments:

Post a Comment